Mengapa Pesawat Tidak Me-live stream Data Penerbangannya?

0
139

Ketika AirAsia penerbangan QZ8501 menghilang pada hari minggu kemarin (28 Desember 2014), kotak hitam (black box) dan semua bukti yang mengidentifikasi penyebab kecelakaan, mungkin juga hilang bersama pesawat ini.

Sekarang ketika kita bisa menonton film secara streaming lewat Netflix di laptop, mendapatkan musik secara instan ke handphone kita, dan menggunakan Wi-Fi di pesawat, kenapa data penerbangan pesawat tidak ditransmit secara real time?

Teknologinya sudah tersedia. Salah satunya adalah yang ditawarkan oleh perusahaan Canada yang bernama Flyht Aerospace Solutions.

Sistem yang diciptakan oleh perusahaan ini bernama Automated Flight Information System, yang akan memonitor data secara otomatis mengenai lokasi, ketinggian dan performa pesawat. Sistem ini bisa me-live stream informasi ketika terjadi sesuatu yang salah — mulai dari masalah kecil yang bisa diperbaiki ketika pesawat mendarat, hingga masalah besar yang bisa mengakibatkan kecelakaan.

BACA JUGA:  Elang Nusa Telkomsel Kebanjiran Trafik Live Video Streaming

Indonesia_AirAsia_Airbus_A320-200_PER_Koch-1

Presiden Flyht Matt Bradley mengatakan sistem milik perusahaannya ini tidak terpasang di pesawat AirAsia yang hilang. Jika saja terpasang, Matt menambahkan, akan lebih mudah menemukan pesawat ini.

Ketika pesawat terbang dengan normal, Sistem Flyht akan mengirimkan update dari kokpit ke pengawas di darat setiap 5 sampai 10 menit. Tapi sistem ini juga bisa diprogram untuk mengenali ketika terjadi sesuatu yang salah, seperti penyimpangan dalam jalur penerbangan, dan secara ototmatis mulai mengirim data setiap detik.

BACA JUGA:  Elang Nusa Telkomsel Kebanjiran Trafik Live Video Streaming

Maskapai penerbangan regional Canada, First Air, adalah maskapai pertama yang menerapkan sistem Flyht disemua pesawat miliknya. Namun maskapai besar di dunia belum merasa perlu menggunakan sistem ini.

Menurut pengamat salah satu alasannya adalah biaya, walau menurut Flyht sendiri harga pemasangan sistemnya hanya $100.000 (sekitar 1 milyar Rupiah) dan sistem ini justru bisa menghemat pengeluaran maskapai.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here